Ø Asal usul Diponegoro
Pangeran Diponegoro adalah putra sulung dari Sultan Hamengkubuwana III, raja ketiga di Kesultanan Yogyakarta.
Lahir pada tanggal 11 November 1785 di Yogyakarta dengan nama Mustahar dari seorang selir bernama R.A.
Mangkarawati, yaitu seoranggarwa ampeyan (istri selir) yang berasal dari Pacitan.
Semasa kecilnya, Pangeran Diponegoro bernama Bendara
Raden Mas Antawirya.
Menyadari kedudukannya sebagai putra seorang selir,
Diponegoro menolak keinginan ayahnya, Sultan Hamengkubuwana III, untuk mengangkatnya menjadi
raja. Ia menolak mengingat ibunya bukanlah permaisuri.
Diponegoro setidaknya menikah dengan 9 wanita dalam hidupnya, yaitu:
·
B.R.A. Retna
Madubrangta puteri kedua Kyai Gedhe Dhadhapan;
·
R.A. Supadmi
yang kemudian diberi nama R.A. Retnakusuma, putri Raden Tumenggung Natawijaya
III, Bupati Panolan, Jipang;
·
R.A. Retnadewati
seorang putri Kyai di wilayah Selatan Jogjakarta;
·
R.Ay. Citrawati,
puteri Raden Tumenggung Rangga Parwirasentika dengan salah satu isteri selir;
·
R.A. Maduretno,
putri Raden Rangga Prawiradirjo III dengan Ratu Maduretna (putri HB II), jadi
R.A Maduretna saudara seayah dengan Sentot Prawiradirdja, tetapi lain
ibu;
·
R.Ay.
Ratnaningsih putri Raden Tumenggung Sumaprawira, bupati Jipang Kepadhangan;
·
R.A. Retnakumala
putri Kyahi Guru Kasongan;
·
R.Ay.
Ratnaningrum putri Pangeran Penengah atau Dipawiyana II.
Diponegoro lebih tertarik pada kehidupan keagamaan dan
merakyat sehingga ia lebih suka tinggal di Tegalrejo tempat tinggal eyang buyut putrinya,
permaisuri dari Sultan Hamengkubuwana I, Gusti Kangjeng Ratu Tegalrejo,
daripada di keraton. Pemberontakannya terhadap keraton dimulai sejak
kepemimpinan Sultan Hamengkubuwana
V (1822).
Ø Periode-periode penting
Penyerahan Pangeran Diponegoro kepada
Letnan Jenderal Hendrik Merkus de Kock tanggal 28 Maret 1830 yang mengakhiri
Perang Diponegoro (1825-1830), karya Nicolaas Pieneman.
·
20 Februari 1830 Pangeran
Diponegoro dan Kolonel Cleerens bertemu di Remo Kamal, Bagelen (sekarang
masuk wilayah Kabupaten Purworejo). Cleerens mengusulkan
agar Kangjeng Pangeran dan pengikutnya berdiam dulu di Menoreh sambil
menunggu kedatangan Letnan Gubernur Jenderal Markus de Kock dari
Batavia.
·
28 Maret 1830 Dipanegara
menemui Jenderal de Kock di Magelang.
De Kock memaksa mengadakan perundingan dan mendesak Dipanegara agar
menghentikan perang. Permintaan itu ditolak Dipanegara. Tetapi Belanda telah
menyiapkan penyergapan dengan teliti. Hari itu juga Dipanegara ditangkap dan
diasingkan ke Ungaran,
kemudian dibawa ke Gedung Karesidenan Semarang,
dan langsung ke Batavia menggunakan
kapal Pollux pada 5 April.
·
11 April 1830 sampai
di Batavia dan ditawan di Stadhuis (sekarang gedung Museum Fatahillah).
Sambil menunggu keputusan penyelesaian dari Gubernur Jenderal Van den Bosch.
Dalam perjuangannya, Pangeran Diponegoro dibantu oleh
putranya bernama Bagus Singlon atau Ki Sodewa. Ki Sodewa melakukan peperangan
di wilayah Kulonprogo dan Bagelen.
![]() |
SEORANG
GURU CANTIK MENGAJAR DENGAN CARA PENDEKATAN SEPERTI DENGAN SAHABAT
Dewi
Astutik
Itulah profil dari guru kita.Guru
Produktif,yang setiap hari menjadi panutan dan motivasi bagi kita
EDISI 6 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pangeran Antasari
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pangeran Antasari (lahir di Kayu Tangi, Kesultanan
Banjar, 1797[1][2]
atau 1809[3][4][5][6]
– meninggal di Bayan Begok, Hindia-Belanda,
11
Oktober 1862
pada umur 53 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.
Ia adalah Sultan Banjar.[7]
Pada 14 Maret
1862, dia
dinobatkan sebagai pimpinan pemerintahan tertinggi di Kesultanan Banjar (Sultan
Banjar) dengan menyandang gelar Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin
dihadapan para kepala suku Dayak dan adipati (gubernur) penguasa wilayah Dusun Atas,
Kapuas dan Kahayan yaitu
Tumenggung Surapati/Tumenggung Yang Pati Jaya Raja.[8]
Silsilah
Semasa muda nama dia adalah Gusti Inu Kartapati.[9]
Ibu Pangeran Antasari adalah Gusti Hadijah binti Sultan Sulaiman. Ayah Pangeran Antasari adalah
Pangeran Masohut (Mas'ud) bin Pangeran Amir. Pangeran Amir adalah anak
Sultan Muhammad Aliuddin Aminullah yang gagal
naik tahta pada tahun 1785. Ia diusir oleh walinya sendiri, Pangeran Nata, yang
dengan dukungan Belanda memaklumkan dirinya sebagai Sultan Tahmidullah II[10][11][12]
Pangeran Antasari memiliki 3 putera dan 8 puteri.[13]
Pangeran Antasari mempunyai adik perempuan yang bernama Ratu Antasari
alias Ratu Sultan Abdul Rahman yang menikah dengan Sultan Muda Abdurrahman bin Sultan Adam
tetapi meninggal lebih dulu setelah melahirkan calon pewaris kesultanan Banjar
yang diberi nama Rakhmatillah, yang juga meninggal semasa masih bayi.
Pewaris Kerajaan Banjar
Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar, dia
juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir,
Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainya yang berdiam di kawasan dan pedalaman
atau sepanjang Sungai Barito.
Setelah Sultan Hidayatullah ditipu belanda dengan terlebih dahulu menyandera
Ratu Siti (Ibunda Pangeran Hidayatullah) dan kemudian diasingkan ke Cianjur,
maka perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan pula oleh Pangeran Antasari.[14]
Sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu
dari pewaris kesultanan Banjar. Untuk mengokohkan kedudukannya sebagai pemimpin
perjuangan umat Islam tertinggi di Banjar bagian utara (Muara Teweh dan
sekitarnya), maka pada tanggal 14 Maret 1862, bertepatan dengan 13 Ramadhan 1278 Hijriah, dimulai dengan
seruan:
Seluruh rakyat, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan
Banjar; dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi
"Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin", yaitu pemimpin
pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.[2]
Tidak ada alasan lagi bagi Pangeran Antasari untuk berhenti berjuang, ia
harus menerima kedudukan yang dipercayakan oleh Pangeran Hidayatullah kepadanya
dan bertekad melaksanakan tugasnya dengan rasa tanggung jawab sepenuhnya kepada
Allah dan rakyat.
Perlawanan terhadap Belanda
Lanting Kotamara semacam panser terapung di sungai
Barito dalam pertempuran dengan Kapal Celebes dekat pulau Kanamit, Barito
Utara
Perang
Banjar pecah saat Pangeran Antasari dengan 300 prajuritnya menyerang
tambang batu bara milik Belanda di Pengaron
tanggal 25
April 1859.
Selanjutnya peperangan demi peperangan dipkomandoi Pangeran antasari di seluruh
wilayah Kerajaan Banjar. Dengan dibantu para panglima dan pengikutnya yang
setia, Pangeran Antasari menyerang pos-pos Belanda di Martapura, Hulu Sungai, Riam Kanan, Tanah Laut, Tabalong, sepanjang
sungai Barito sampai ke Puruk Cahu.[15]
Pertempuran yang berkecamuk makin sengit antara pasukan Khalifatul Mukminin
dengan pasukan Belanda, berlangsung terus di berbagai medan. Pasukan Belanda
yang ditopang oleh bala bantuan dari Batavia dan persenjataan modern, akhirnya
berhasil mendesak terus pasukan Khalifah. Dan akhirnya Khalifah memindahkan
pusat benteng pertahanannya di Muara Teweh.
Berkali-kali Belanda membujuk Pangeran Antasari untuk menyerah, namun dia
tetap pada pendirinnya. Ini tergambar pada suratnya yang ditujukan untuk Letnan
Kolonel Gustave Verspijck di Banjarmasin tertanggal 20
Juli 1861.
Dalam peperangan, belanda pernah menawarkan hadiah kepada siapa pun yang
mampu menangkap dan membunuh Pangeran Antasari dengan imbalan 10.000 gulden.
Namun sampai perang selesai tidak seorangpun mau menerima tawaran ini.[16]
Orang-orang yang tidak mendapat pengampunan dari pemerintah Kolonial Hindia
Belanda:[17]
Meninggal dunia
Monumen Perang Banjar yang dibangun pemerintah Hindia
Belanda untuk mengenang tentaranya yang tewas.
Setelah berjuang di tengah-tengah rakyat, Pangeran Antasari kemudian wafat
di tengah-tengah pasukannya tanpa pernah menyerah, tertangkap, apalagi tertipu
oleh bujuk rayu Belanda pada tanggal 11 Oktober 1862 di Tanah Kampung Bayan
Begok, Sampirang, dalam usia lebih
kurang 75 tahun. Menjelang wafatnya, dia terkena sakit paru-paru dan cacar yang
dideritanya setelah terjadinya pertempuran di bawah kaki Bukit Bagantung, Tundakan.[18]
Perjuangannya dilanjutkan oleh puteranya yang bernama Muhammad
Seman.[19]
Setelah terkubur selama lebih kurang 91 tahun di daerah hulu sungai Barito,
atas keinginan rakyat Banjar dan persetujuan keluarga, pada tanggal 11
November 1958 dilakukan pengangkatan kerangka Pangeran Antasari. Yang masih
utuh adalah tulang tengkorak, tempurung lutut dan beberapa helai rambut.
Kemudian kerangka ini dimakamkan kembali Taman Makam Perang Banjar,
Kelurahan Surgi Mufti,
Banjarmasin.
Pangeran Antasari telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional dan
Kemerdekaan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK No. 06/TK/1968 di
Jakarta, tertanggal 27 Maret 1968.[20]
Nama Antasari diabadikan pada Korem 101/Antasari dan
julukan untuk Kalimantan Selatan yaitu Bumi Antasari. Kemudian untuk
lebih mengenalkan P. Antasari kepada masyarakat nasional, Pemerintah melalui
Bank Indonesia (BI) telah mencetak dan mengabadikan nama dan gambar Pangeran
Antasari dalam uang kertas nominal Rp 2.000
PROFIL TELADAN
![]()
Beliau
Lahir di Jepara, 23 juni 1984. Alamat di Desa Tulakan Rt 02/07. Putra dari
Bapak Rajimin dan ibu dari siti Sutaryati, Beliau anak ke 2 dari 3 bersaudara
dan memiliki kakak yang bernama Heni Aristyo wati, adik laki-laki Iskandar.
Pak Yudi
mengajar di beberapa sekolah
1.
SD
Tunahan I, pada tahun 1996
2.
SMP
N I Keling, pada tahun 1999
3.
SMAN
I Bangsri, pada tahun 2002
Beliau lulus dari PGRI Semarang pada tahun 2006. Dan menikah pada tahun 2008 sekarang beliau sudah mempunyai seorang anak 1 usianya 6 thn.
Awalnya
beliau mempunyai cita-cita sebagai Arsitek tapi karena bapaknya seorang guru
maka pak yudi di sekolahkan oleh orang tuanya di pendidikan.
Pak
Yudi cara mengajarnya berbeda dengan guru-guru yang lain, yang di suka dari pak
yudi adalah orangnya sabar, kalau
mengajar di seling dengan bercanda atau pertanya-pertanya yang lucu biar tidak
jenuh.
Beliau
berpesan kepada murid-muridnya agar selalu rajin belajar dan jangan sampai lupa
belajar Agama.
Selama
beliau mengajar di SMKT Darul Ulum ada
perbedaan tersendiri karena siswa lebih punya rasa hormat yg tinggi.
Sumber:Admin
![]()
Riwayat Keluarga
KH Hasyim Asy’ari adalah putra ketiga dari 11
bersaudara. Ayahnya bernama
Kyai Asyari, pemimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.
Ibunya bernama Halimah. Dari garis ibu, Hasyim merupakan keturunan kedelapan
dari Jaka Tingkir (Sultan Pajang). Hasyim adalah putra ketiga dari 11
bersaudara. Namun keluarga Hasyim adalah keluarga Kyai. Kakeknya, Kyai Utsman
memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri,
Kyai Asy’ari, memimpin Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang.
Dua orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam secara kokoh
kepada Hasyim.
Pendidikan
Sejak anak-anak, bakat kepemimpinan dan
kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap
tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar
santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia 15 tahun Hasyim
meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana memperdalam ilmu dari satu pesantren
ke pesantren lain. Mula-mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo,
Probolinggo. Kemudian pindah ke Pesantren PP Langitan, Widang, Tuban. Pindah
lagi Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai ilmu yang
dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan
KH Cholil Bangkalan.
KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan
kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15
tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain
Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren
Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan
di Sidoarjo.
Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren
Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim
merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan. Kyai Ya’qub dikenal
sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama
–lima tahun– Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub
sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim itu. Maka, Hasyim
bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun,
dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu puteri Kyai Ya’qub. Tidak lama setelah
menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah
haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali
ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.
Tahun
1893, ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di Mekkah selama
7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz
At-Tarmasi, Syaikh Ahmad Amin Al Aththar, Syaikh Ibrahim Arab, Syaikh Said
Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid
Alwi bin Ahmad As Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun l899 pulang ke
Tanah Air, Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kyai Usman. Tak lama
kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng, Jombang. Kyai Hasyim bukan saja Kyai ternama,
melainkan juga seorang petani dan pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan
hektar. Dua hari dalam seminggu, biasanya Kyai Hasyim istirahat tidak mengajar.
Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi Surabaya berdagang
kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya. Dari bertani dan berdagang itulah,
Kyai Hasyim menghidupi keluarga dan pesantrennya.
Peran Beliau dalam Kemerdekaan Indonesia
Perjuangan dan Penjajahan Karena
pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kyai Hasyim menjadi perhatian
serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang berusaha untuk merangkulnya. Di
antaranya ia pernah dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya.
Justru Kyai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama, ia memfatwakan
bahwa perang melawan Belanda adalah jihad (perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan,
karena perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana. Kedua, Kyai
Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut
ditulis dalam bahasa Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas.
Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung. Karena banyak
ummat Islam yang telah mendaftarkan diri kemudian mengurungkan niatnya.
Namun sempat juga Kyai Hasyim mencicipi penjara 3 bulan
pada l942. Tidak jelas alasan Jepang menangkap Kyai Hasyim. Mungkin, karena
sikapnya tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya kepada
gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan bersama Kyainya itu.
Masa awal perjuangan Kyai Hasyim di Tebuireng bersamaan
dengan semakin represifnya perlakuan penjajah Belanda terhadap rakyat
Indonesia. Pasukan Kompeni ini tidak
segan-segan membunuh penduduk yang dianggap menentang undang-undang penjajah.
Pesantren Tebuireng, Jombang pun tak luput dari sasaran represif Belanda.
Pada
tahun 1913 M., intel Belanda mengirim seorang pencuri untuk membuat keonaran di
Tebuireng. Namun dia tertangkap dan dihajar beramai-ramai oleh santri hingga
tewas. Peristiwa ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk menangkap Kyai Hasyim
dengan tuduhan pembunuhan.
Dalam
pemeriksaan, Kyai Hasyim yang sangat piawai dengan hukum-hukum Belanda, mampu
menepis semua tuduhan tersebut dengan taktis. Akhirnya beliau dilepaskan dari
jeratan hukum.
Belum
puas dengan cara adu domba, Belanda kemudian mengirimkan beberapa kompi pasukan
untuk memporak-porandakan pesantren yang baru berdiri 10-an tahun itu. Akibatnya,
hampir seluruh bangunan pesantren porak-poranda, dan kitab-kitab dihancurkan
serta dibakar. Perlakuan represif Belanda ini terus berlangsung hingga
masa-masa revolusi fisik Tahun 1940an.
Pada bulan Maret 1942, Pemerintah Hindia Belanda menyerah
kepada Jepang di Kalijati, dekat Bandung, sehingga secara de facto dan de jure,
kekuasaan Indonesia berpindah tangan ke tentara Jepang. Pendudukan Dai Nippon
menandai datangnya masa baru bagi kalangan Islam. Berbeda dengan Belanda yang represif
kepada Islam, Jepang menggabungkan antara kebijakan represi dan kooptasi,
sebagai upaya untuk memperoleh dukungan para pemimpin Muslim.
Salah satu perlakuan represif Jepang adalah penahanan
terhadap Hadratus Syaikh beserta sejumlah putera dan kerabatnya. Ini dilakukan
karena Kyai Hasyim menolak melakukan seikerei. Yaitu kewajiban berbaris dan
membungkukkan badan ke arah Tokyo setiap pukul 07.00 pagi, sebagai simbol
penghormatan kepada Kaisar Hirohito dan ketaatan kepada Dewa Matahari
(Amaterasu Omikami). Aktivitas ini juga wajib dilakukan oleh seluruh warga di
wilayah pendudukan Jepang, setiap kali berpapasan atau melintas di depan
tentara Jepang.
Kyai
Hasyim menolak aturan tersebut. Sebab hanya Allah lah yang wajib disembah,
bukan manusia. Akibatnya, Kyai Hasyim ditangkap dan ditahan secara
berpindah–pindah, mulai dari penjara Jombang, kemudian Mojokerto, dan akhirnya
ke penjara Bubutan, Surabaya. Karena kesetiaan dan keyakinan bahwa Hadratus
Syaikh berada di pihak yang benar, sejumlah santri Tebuireng minta ikut
ditahan. Selama dalam tahanan, Kyai Hasyim mengalami banyak penyiksaan fisik
sehingga salah satu jari tangannya menjadi patah tak dapat digerakkan.
Setelah
penahanan Hadratus Syaikh, segenap kegiatan belajar-mengajar di Pesantren
Tebuireng, Jombang vakum total. Penahanan itu juga mengakibatkan keluarga
Hadratus Syaikh tercerai berai. Isteri Kyai Hasyim, Nyai Masruroh, harus
mengungsi ke Pesantren Denanyar, barat Kota Jombang.
Tanggal 18 Agustus 1942, setelah 4 bulan dipenjara, Kyai
Hasyim dibebaskan oleh Jepang karena banyaknya protes dari para Kyai dan
santri. Selain itu, pembebasan Kyai Hasyim juga berkat usaha dari KH Wahid
Hasyim dan KH Abdul Wahab Hasbullah dalam menghubungi pembesar-pembesar Jepang,
terutama Saikoo Sikikan di Jakarta.
Tanggal 22 Oktober 1945, ketika tentara NICA (Netherland
Indian Civil Administration) yang dibentuk oleh pemerintah Belanda membonceng
pasukan Sekutu yang dipimpin Inggris, berusaha melakukan agresi ke tanah Jawa
(Surabaya) dengan alasan mengurus tawanan Jepang, Kyai Hasyim bersama para
ulama menyerukan Resolusi Jihad melawan pasukan gabungan NICA dan Inggris
tersebut. Resolusi Jihad ditandatangani di kantor NU Bubutan, Surabaya.
Akibatnya, meletuslah perang rakyat semesta dalam pertempuran 10 November 1945
yang bersejarah itu. Umat Islam yang mendengar Resolusi Jihad itu keluar dari
kampung-kampung dengan membawa senjata apa adanya untuk melawan pasukan
gabungan NICA dan Inggris. Peristiwa 10 Nopember kemudian diperingati sebagai
Hari Pahlawan Nasional.
Pada tanggal 7 Nopember 1945—tiga hari sebelum meletusnya
perang 10 Nopember 1945 di Surabaya—umat Islam membentuk partai politik bernama
Majelis Syuro Muslim Indonesia (Masyumi). Pembentukan Masyumi merupakan salah
satu langkah konsolidasi umat Islam dari berbagai faham. Kyai Hasyim diangkat sebagai Ro’is
‘Am (Ketua Umum) pertama periode tahun 1945-1947.
Selama
masa perjuangan mengusir penjajah, Kyai Hasyim dikenal sebagai penganjur,
penasehat, sekaligus jenderal dalam gerakan laskar-laskar perjuangan seperti GPII,
Hizbullah, Sabilillah, dan gerakan Mujahidin. Bahkan Jenderal Soedirman dan Bung Tomo
senantiasa meminta petunjuk kepada Kyai Hasyim.
Kisah Teladan Beliau
Kesan Akhlak dan Kecerdasan:
Pernah terjadi dialog yang mengesankan
antara dua ulama besar, KH Muhammad Hasyim Asy’ari dengan KH Cholil Bangkalan,
gurunya. “Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya nyatakan bahwa
saya adalah murid Tuan,” kata Mbah Cholil, begitu Kyai dari Madura ini populer
dipanggil.
Kyai Hasyim menjawab, “Sungguh saya tidak menduga kalau
Tuan Guru akan mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru salah raba berguru
pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid Tuan Guru dulu, dan juga sekarang.
Bahkan, akan tetap menjadi murid Tuan Guru selama-lamanya.”
Tanpa merasa tersanjung, Mbah Cholil tetap bersikeras
dengan niatnya. “Keputusan dan kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat
ditawar dan diubah lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung
ilmu-ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan,” katanya. Karena sudah hafal dengan
watak gurunya, Kyai Hasyim tidak bisa berbuat lain selain menerimanya sebagai
santri.
Lucunya, ketika turun dari masjid usai shalat berjamaah,
keduanya cepat-cepat menuju tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului,
karena hendak memasangkan ke kaki gurunya.
Sesungguhnya bisa saja terjadi seorang murid akhirnya
lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan
Kyai Hasyim juga KH Cholil Bangkalan adalah kemuliaan akhlak. Keduanya
menunjukkan kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang
semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru kita.
Mbah Cholil adalah Kyai yang sangat termasyhur pada
jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting NU generasi awal
pernah berguru kepada pengasuh sekaligus pemimpin Pesantren Kademangan,
Bangkalan, Madura, ini.
Sedangkan
Kyai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya. Bukan saja ia pendiri sekaligus
pemimpin tertinggi NU, yang punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama,
tapi juga lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, terkenal mumpuni dalam ilmu
Hadits. Setiap Ramadhan Kyai Hasyim punya ‘tradisi’ menggelar kajian hadits
Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu mampu menyedot perhatian
ummat Islam.
Maka
tak heran bila pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk
mantan gurunya sendiri, KH Cholil Bangkalan. Ribuan santri menimba ilmu kepada
Kyai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak sedikit di antara santri Kyai
Hasyim kemudian tampil sebagai tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH
Abdul Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri, KH R As’ad Syamsul Arifin, KH Wahid
Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Shiddiq adalah beberapa ulama terkenal yang pernah
menjadi santri Kyai Hasyim.
Tak
pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan pesantren paling besar dan paling
penting di Jawa. Zamakhsyari Dhofier, penulis buku ‘Tradisi Pesantren’,
mencatat bahwa pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin lembaga-lembaga
pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak heran bila para pengikutnya kemudian
memberi gelar Hadratus-Syaikh (Tuan Guru Besar) kepada Kyai Hasyim.
EDISI 9
Jendral
Sudirman
Sumber:Wikipedia
Siapa
yang tidak kenal dengan sosok pahlawan yang merupakan jenderal besar dengan
yang berjuang maksimal meski dalam keadaan sakit. Adalah Jenderal Besar Raden
Soedirman (EYD: Sudirman; lahir 24 Januari 1916), seorang perwira tinggi
Indonesia pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Menjadi panglima besar Tentara
Nasional Indonesia pertama, ia secara luas terus dihormati di Indonesia.
Sudirman
lahir dari pasangan rakyat biasa di Purbalingga, Hindia Belanda, Soedirman diadopsi
oleh pamannya yang seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke Cilacap pada
tahun 1916, Soedirman tumbuh menjadi seorang siswa rajin; ia sangat aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang dijalankan
oleh organisasi Islam
Muhammadiyah.Saat
di sekolah menengah,Soedirman mulai
menunjukkan kemampuannya dalam memimpin dan berorganisasi, dan dihormati oleh
masyarakat karena ketaatannya pada Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan,
pada 1936 ia mulai bekerja sebagai seorang guru, dan kemudian menjadi kepala
sekolah, di sekolah dasar Muhammadiyah; ia juga aktif dalam kegiatan
Muhammadiyah lainnya dan menjadi pemimpin Kelompok Pemuda Muhammadiyah pada
tahun 1937.
Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda pada 1942, Soedirman tetap mengajar. Pada tahun 1944, ia bergabung dengan tentara Pembela Tanah Air (PETA) yang disponsori Jepang, menjabat sebagai koman dan batalion di Banyumas.Selama menjabat, Soedirman bersama rekannya sesama prajurit melakukan pemberontakan, namun kemudian diasingkan ke Bogor.
Soedirman melarikan
diri dari pusat penahanan setelah
Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, kemudian
pergi ke Jakarta untuk bertemu dengan Presiden Soekarno.Ia
ditugaskan untuk mengawasi
proses
penyerahan diri tentara Jepang di Banyumas, yang dilakukannya setelah
mendirikan divisi lokal Badan Keamanan Rakyat.
Pada
tanggal 12 November 1945, dalam sebuah pemilihan untuk menentukan panglima
besar TKR di Yogyakarta, Soedirman terpilih menjadi panglima besar, sedangkan Oerip,
yang telah aktif di militer sebelum Soedirman lahir, menjadi kepala staff. .
Sambil menunggu pengangkatan, Soedirman memerintahkan serangan terhadap pasukan
Inggris dan Belanda di Ambarawa. Pertempuran ini dan penarikan diri tentara
Inggris menyebabkan semakin kuatnya dukungan rakyat terhadap Soedirman, dan ia
akhirnya diangkat sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember.
Paska Perang dan Kematian
Pada
awal Agustus, Soedirman mendekati Soekarno
dan memintanya untuk melanjutkan perang gerilya; Soedirman tidak percaya bahwa
Belanda akan mematuhi Perjanjian Roem-Royen, belajar dari kegagalan perjanjian
sebelumnya. Soekarno
tidak setuju, yang menjadi pukulan bagi Soedirman. Soedirman menyalahkan
ketidak-konsistenan pemerintah sebagai penyebab penyakit tuberkulosisnya dan
kematian Oerip
pada 1948, ia mengancam akan mengundurkan diri dari jabatannya, namun Soekarno
juga mengancam akan melakukan hal yang sama. Setelah ia berpikir bahwa
pengunduran dirinya akan menyebabkan ketidakstabilan,Soedirman tetap menjabat,
dan gencatan senjata di seluruh
jawa mulai diberlakukan pada tanggal 11 Agustus 1949.
Dalam
perjuangannya melawan penyakit TBC yang dideritanya, Soedirman melakukan
pemeriksaan di Panti Rapih. Ia menginap di Panti Rapih menjelang akhir tahun,
dan keluar pada bulan Oktober; ia lalu dipindahkan ke sebuah sanatorium di
dekat Pakem. Akibat penyakitnya ini, Soedirman jarang tampil di depan publik.
Ia dipindahkan ke sebuah rumah di Magelang pada bulan Desember. Di saat yang
bersamaan, pemerintah Indonesia dan Belanda mengadakan konferensi panjang
selama beberapa bulan yang berakhir dengan pengakuan Belanda atas kedaulatan
Indonesia pada 27 Desember 1949. Meskipun sedang sakit, Soedirman saat itu juga
diangkat sebagai panglima besar TNI di negara baru bernama Republik Indonesia
Serikat.pada 28 desember
Jakarta dijadikan kembali sebagai ibu kota Negara.
Pada tanggal 29 Januari
1950 pukul 18.30 Soedirman wafat di Magelang; kabar duka ini dilaporkan dalam sebuah siaran khusus di RRI.
. Setelah berita
kematiannya disiarkan, rumah keluarga Soedirman dipadati oleh para pelayat,
termasuk semua anggota Brigade ke-9 yang bertugas di lingkungan tersebut.
Keesokan harinya, jenazah Soedirman dibawa ke Yogyakarta, diiringi oleh konvoi
pemakaman yang dipimpin oleh empat tank dan delapan puluh kendaraan bermotor,
dan ribuan warga yang berdiri di sisi jalan.
Pada
pada sore harinya jenazah Soedirman disemayamkan di Masjid Gedhe Kauman, yang
dihadiri oleh sejumlah elit militer dan politik Indonesia maupun asing,
termasuk Perdana Menteri Abdul Halim, Menteri Pertahanan Hamengkubuwono IX,
Menteri Kesehatan Johannes
Leimena, Menteri Keadilan Abdoel Gaffar Pringgodigdo, Menteri Informasi
Arnold Mononutu, Kepala Staff TNI AU Soerjadi Soerjadarma, Kolonel Paku Alam
VIII, dan Soeharto.
Upacara ini ditutup dengan prosesi hormat 24 senjata. Jenazah Soedirman
kemudian dibawa ke Taman Makam Pahlawan Semaki dengan berjalan kaki, sementara
kerumunan pelayat sepanjang 2 kilometer (1.2 mil) mengiringi di belakang.
Peninggalan
Setelah
kematian Soedirman banyak yang terkenang tentang kepahlawanannya, diantaranya:
Surat kabar harian Yogyakarta, Kedaulatan Rakjat, menulis bahwa Indonesia telah
kehilangan seorang "pahlawan yang jujur dan pemberani."dan masih banyak lagi peninggalan-peninggalannya.
Soedirman
telah menerima berbagai tanda kehormatan dari pemerintah pusat secara anumerta,
termasuk Bintang Sakti, Bintang Gerilya, Bintang Mahaputra Adipurna, Bintang
Mahaputra Pratama, Bintang Republik Indonesia Adipurna, dan bintang republic Indonesia Adipradana.
Pada
10 Desember 1964, Soedirman ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia
melalui Keputusan Presiden No. 314 Tahun 1964. Oerip
juga dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional oleh keputusan yang sama. Soedirman
dipromosikan menjadi Jenderal Besar pada tahun 1997. (Dari Wikipedia
bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas)
PROFIL TELADAN
Muhammad Imam Syadzali M.Ag
Siapa yang tidak mengenal sosok Guru sekaligus Ustad yang patut kita
teladani.beliau adalah Muhammad
imam syandzali M.Ag.yang juga
sering di panggil ustad syandzali lahir di jepara 7 februari 1995 belau tinggal di Desa Bandungharjo Rw 04/ Rt 01 Donorojo jepara. Beliau adalah
salah seorang guru dan juga ustad yang merupakan pendiri pondok mansajul ulum Bandungharjo.
Beliau
adalah putra keempat dari lima bersaudara . ayahnya bernama Ali murtadlo dan ibunya bernama Saudah.Belau mempunya istri bernama Durrorum muniroh dan memiliki 7 anak
yaitu : Anak pertama
yaitu M.labib, yang kedua yaitu Mimin labiqhotin, Yang ke tiga yaitu Ufi binimatika, yang ke empat M.ulyan shobi, yang kelima yaitu M.badha mukharrom,yang ke enam yaitu M.khulal nashi’
zam-zami,dan yang
terakhir adalah Vina kamalatul khija.
Riwayat
Pendidikan Dan Hidup
Pendidikan beliau dari madrasah
ibtidaiyyah (MI) tepatnya di MI 01 Bandungharjo pada tahun 1969 dan melanjutkan ke
MTs.yaitu tepatnya
di madrasah
miftahul huda tayu tahun 1972. Dan melanjutkan madrasah aliyah miftahul huda
tayu pada tahun 1975
setelah lulus dari MA
miftahul huda tayu beliau melanjutkan kuliyah S1 di setia agama jakarta jurusan
pendidikan dan melanjutkan kuliyah S2 di Universitas muhammaddiyah solo surakarta dan beliau mondok mulai tahun
1975 -1980 di pondok mansajul ulum kajen .
Dimasa Ustad
Syandzali
mondok,
Pengalaman yang tidak bisa beliau lupakan adalah pernah diuji makan satu hari
1x beliau tidak pernah
mengeluh karna menurut beliau itu rizki dari Allah . selama dipondok beliau bertahan hidup
dengan usaha sendiri tanpa ada biaya sepeserpun dari rumah . beliau begitu
semangat untuk mencari ilmu . cobaan demi cobaan beliau hadapi dengan tabah
demi mencari ilmu dan dari usahanya itu beliau sekarang menjadi sosok seorang
ustad dan guru . sekarang beliau mengajar di MA darul ulum kalingga dan selain
itu beliau juga berprofesi sebagai tani dan guru mengaji dipondok Mansajul Ulum bandungharjo.
Motivator yang beliau tiru diantaranya adalah KH.
Abdullah Salam Kajen, KH. Muhammad Punduan, KH. Abdullah Rifan, KH.Arwan Kudus,
KH. Abdul Khamd Pasuruan dan Masng Banyak lagi motivator beliau.
Tujuan beliau menjadi seorang guru adalah untuk
mengamalkan ilmu ,menyebarkan ilmu pengetahuan,mencari ridho Allah , dan mengikuti jejak nabi dan ulama
untuk mengembangkan agama Allah supaya agama islam hidup didunia/dapat
berkembang.
Dalam menyampaikan materi beliau mempunyai cara sendiri
yaitu dengan berceramah ,diskusi,tanya jawab dll.
Dalam hidupnya beliau
mempunyai cita-cita yang sampai sekarang belum kesampaian yaitu khusnul
khotimah .
beliau
mempunyai prinsip yang dipegang sebagai pedomannya prinsip tersebut adalah“taat
kepada Allah dan rosulnya,mengembangkan Agama islam dengan baik dan benar
sesuai tuntutan agama”.
Tujuan hidup beliau sekarang dan dimasa depan adalah
“mengamalkan ilmu,menyebarkan ilmu pengetahuan,mencari ridho Allah,dan
menjadikan anak-anak muslim menjadi
sholeh
sholihah “.
Sikap yang beliau tanamkan adalah sikap
disiplin,jujur,dan amanah .beliau juga berpesan kepada anak didiknya supaya
menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah , mengamalkan ilmunya , dan juga
berjuang untuk menegakkan agama Allah menurut ahlusunnah waljama’ah.
EDISI 10
Profil Nasional
Sumber
:wikipedia
Martha Christina Tiahahu
Martha Christina Tiahahu adalah
seorang gadis dari
Desa Abubu di Pulau Nusalaut yang lahir di Nusa Laut, Maluku, 4 Januari 1800
ikut serta melawan penjajah Belanda waktu berumur 17 tahun. Ayahnya adalah
Kapitan Paulus Tiahahu, seorang kapitan dari negeri Abubu yang juga pembantu
Thomas Matulessy dalam perang Pattimura tahun 1817 melawan belanda.
Martha Christina tercatat sebagai
seorang pejuang kemerdekaan yang unik yaitu seorang puteri remaja yang langsung
terjun dalam medan pertempuran melawan tentara kolonial Belanda dalam perang Pattimura tahun 1817.
Di kalangan para pejuang dan masyarakat sampai di kalangan musuh, ia dikenal
sebagai gadis pemberani dan konsekwen terhadap cita-cita perjuangannya.
Martha yang masih gadis selalu ikut mengambil bagian dan pantang mundur sejak awal perjuangan. Dengan rambutnya yang panjang terurai ke belakang serta berikat kepala sehelai kain berang (merah) ia tetap mendampingi ayahnya dalam setiap pertempuran baik di Pulau Nusalaut maupun di Pulau Saparua. Siang dan malam ia selalu hadir dan ikut dalam pembuatan kubu-kubu pertahanan. Ia bukan saja mengangkat senjata, tetapi juga memberi semangat kepada kaum wanita di negeri-negeri agar ikut membantu kaum pria di setiap medan pertempuran sehingga Belanda kewalahan menghadapi kaum wanita yang ikut berjuang.
Ketika di Desa Ouw – Ullath jasirah
Tenggara Pulau Saparua terjadi pertempuran yang sengit, tampak Martha yang
begitu hebat menggempur musuh bersama para pejuang rakyat. Namun akhirnya
karena tidak seimbang dalam persenjataan, tipu daya musuh dan pengkhianatan,
para tokoh pejuang dapat ditangkap dan menjalani hukuman. Ada yang harus mati digantung
dan ada yang dibuang ke Pulau Jawa. Kapitan Paulus Tiahahu divonis hukum mati
tembak.
Martha Christina berjuang untuk
melepaskan ayahnya dari hukuman mati, namun ia tidak berdaya dan meneruskan
bergerilya di hutan, tetapi akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Pulau Jawa. Di
Kapal Perang Eversten, Martha Christina Tiahahu menemui ajalnya dan dengan
penghormatan militer jasadnya diluncurkan di Laut Banda menjelang tanggal 2
Januari 1818. Menghargai jasa dan pengorbanan, Martha Christina dikukuhkan sebagai
Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh pemerintah
Republik Indonesia.
Perjuangan
Martha Christina Tiahahu merupakan
anak sulung dari Kapitan Paulus Tiahahu, Dia mengikuti jejak ayahnya memimpin
perlawanan di Pulau Nusalaut ketika masih berusia 17 tahun.
Pada waktu yang sama Kapitan Pattimura sedang
mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda di Saparua. Perlawanan di Saparua menjalar ke Nusalaut dan daerah
sekitarnya.
Pada waktu itu sebagian pasukan
rakyat bersama para Raja dan Patih bergerak ke Saparua untuk membantu
perjuangan Kapitan Pattimura sehingga
tindakan Belanda yang akan mengambil alih Benteng Beverwijk luput dari
perhatian.
Guru Soselissa yang memihak Belanda
melakukan kontak dengan musuh mengatas-namakan rakyat menyatakan menyerah
kepada Belanda. Tanggal 10
Oktober 1817 Benteng Beverwijk jatuh ke tangan Belanda
tanpa perlawanan.
Sementara di Saparua pertempuran
demi pertempuran terus berkobar. Karena semakin berkurangnya persediaan peluru
dan mesiu pasukan rakyat mundur ke pegunungan Ulath-Ouw. Diantara pasukan itu
terdapat pula Martha Christina Tiahahu beserta para Raja dan Patih dari
Nusalaut. Tanggal 11 Oktober 1817 pasukan Belanda dibawah pimpinan Richemont
bergerak ke Ulath, namun berhasil dipukul mundur oleh pasukan rakyat.
Dengan kekuatan 100 orang prajurit,
Meyer beserta Richemont kembali ke Ulath. Pertempuran berkobar kembali,korban
berjatuhan di kedua belah pihak.
Dalam pertempuran ini Richemont tertembak mati. Meyer dan pasukannya bertahan
di tanjakan Negeri Ouw. Dari segala penjuru pasukan rakyat mengepung, sorak
sorai pasukan bercakalele, teriakan yang menggigilkan memecah udara dan membuat
bulu roma berdiri Di tengah keganasan pertempuran itu muncul seorang gadis
remaja bercakalele menantang peluru musuh. Dia adalah putri Nusahalawano,
Martha Christina Tiahahu, perempuan berambut panjang terurai ke belakang dengan
sehelai kain berang (kain merah) terikat di kepala.
. Dengan mendampingi sang Ayah dan memberikan
kobaran semangat kepada pasukan Nusalaut untuk menghancurkan musuh , jujur itu telah
memberi semangat kepada kaum perempuan dari Ulath dan Ouw untuk turut mendampingi kaum laki-laki di medan Perang.
Baru di medan ini Belanda berhadapan
dengan kaum perempuan fanatik yang turut bertempur. Pertempuran semakin sengit
katika sebuah peluru pasukan rakyat mengenai leher Meyer, Vermeulen Kringer
mengambil alih komando setelah Meyer diangkat ke atas kapal Eversten.Tanggal 12
Oktober 1817 Vermeulen Kringer memerintahkan serangan umum terhadap pasukan
rakyat, ketika pasukan rakyat membalas serangan yang begitu hebat ini dengan
lemparan batu, para Opsir Belanda menyadari bahwa persediaan peluru pasukan
rakyat telah habis.Vermeulen
Kringer memberi komando untuk keluar dari kubu-kubu dan kembali melancarkan
serangan dengan sangkur terhunus. Pasukan rakyat mundur dan bertahan di hutan,
seluruh negeri Ulath dan Ouw diratakan dengan tanah, semua yang ada dibakar dan
dirampok habis-habisan.
Martha Christina dan sang Ayah serta
beberapa tokoh pejuang lainnya tertangkap dan dibawa ke dalam kapal Eversten.
Di dalam kapal ini para tawanan dari Jasirah Tenggara bertemu dengan Kapitan Pattimura dan tawanan lainnya.Mereka diinterogasi oleh Buyskes dan dijatuhi hukuman. Karena masih sangat muda, Buyskes membebaskan Martaha Christina Tiahahu dari hukuman, namun sang Ayah, Kapitan Paulus Tiahahu tetap dijatuhi hukuman mati.
Mendengar keputusan tersebut, Martha
Christina Tiahahu memandang sekitar pasukan Belanda dengan tatapan sayu namun
kuat yang menandakan keharuan mendalam terhadap sang Ayah.
Tiba-tiba Martha Christina Tiahahu
merebahkan diri di depan Buyskes memohonkan ampun bagi sang ayah yang sudah
tua, namun semua itu sia-sia.
Tanggal 16 Oktober 1817 Martha
Christina Tiahahu beserta sang Ayah dibawa ke Nusalaut dan ditahan di benteng
Beverwijk sambil menunggu pelaksanaan eksekusi mati bagi ayahnya.Martha
Christina Tiahahu mendampingi sang Ayah pada waktu memasuki tempat eksekusi,
kemudian Martha Christina Tiahahu dibawa kembali ke dalam benteng Beverwijk dan
tinggal bersama guru Soselissa. Sepeninggal ayahnya Martha Christina Tiahahu
masuk ke dalam hutan dan berkeliaran seperti orang kehilangan akal. Hal ini
membuat kesehatannya terganggu.
Kematian
Dalam suatu Operasi Pembersihan pada
bulan Desember 1817 Martha Christina Tiahahu beserta 39 orang lainnya
tertangkap dan dibawa dengan kapal Eversten ke Pulau Jawa untuk dipekerjakan
secara paksa di perkebunan kopi. Selama di atas kapal ini kondisi kesehatan
Martha Christina Tiahahu semakin memburuk.
ia menolak makan dan pengobatan.
Akhirnya pada tanggal 2 Januari 1818, selepas Tanjung Alang, Martha Christina Tiahahu menghembuskan nafas yang terakhir. Jenazah Martha Christina Tiahahu disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda. Martha Christina Tiahahu meninggal di Laut Banda, Maluku, 2 Januari 1818 pada umur 17 tahun, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/Tahun 1969, tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi diakui sebagai Pahlawan Nasional. Berkat pengorbanannya tersebut, pemerintah Maluku membuat monumen untuk mengenang jasa Martha Christina
Profil Teladan
Puput
Pujiani
Puput
pujiani adalah seorang gadis
yang cerdas dan Tangguh yang tinggal di Desa Jeruk Wangi Rt 01/Rw 10 Bangsri
Jepara. Beliau adalah seorang pembing Siswa-siswi Jurusan Tehnik Komputer &
Jaringan, sekaligus pengelola Laboratorum Komputer. Beliau lahir di jepara,8
Oktober 1996. Puput pujani adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
Riwayat
Pendidikan dan hidup
Pedidikan
Puput Pujiani dari Tk yaitu di Tk Tarbiyatul
Athfal 3 Jerukwangi, dan melanjutkan sekolah Dasar di SDN 04 Jerukwangi,dan melanjutkan sekolah
menengah pertama tepatnya di SMPN 3 Kembang,setelah Lulus dari SMP
melanjutkan sekolah di SMKT Darul Ulum .
Setelah
lulus dari SMKT Darul Ulum beliau ingin melanjutkan Kuliahnya. beliau mendaftar
di berbagai cabang Universitas yaitu di UNNES dengan mengambil jurusan PTIK (Pendidikan
Teknologi Informasi Komputer),
di UNIVERSITAS 11 Maret Solo mengambil jurusan
PTIK, dan UNY
PTI.
tetapi
saat pengumuman hasil tes
seleks sayangnya, beliau gagal dalam tes seleksi
.tetapi
beliau
tangguh dan kuat dalam menghadapi kegagalan ini, itu semua di tunggu
sampai 2 tahun..
beliau tetap semangat
dan berusaha terus demi meraih cita-cita dan membahagiakan kedua orang tuanya. beliau sangat sedih. dan kegagalan itu dijadikan pelecut untuk lebih giat
belajar lagi.
Sekarang,beliau rencananya ingin mendaftar di UIN Walisongo dan UIN Sunan Kalijaga dan mengambil jurusan
Matematika.Alasan beliau mengambl jurusan Matematikan dan walaupun sebelumnya
mendaftar mengambil jurusan PTIK karena kemarin dilihat banyak peluang dari
pada rodi yang lain yaitu 7% dalam jurusan Matematika dan juga beliau suka
pelajaran matematikan dan punya skil dalam
pelajaran Matematika.
Pengalaman
Hidup itu pasti ada yang susah dan senang.pengalaman beliau ketika SMP pernah mengajar Les privat
untuk keponakannya sendri dan itu bisa membawa perubahan,dan 1 minggu dibayar
20 Ribu,dan juga waktu SMP kelas 3 waktu berangkat sekolah bareng dengan
temennya tetapi kelas 2.waktu pulang beliau ditinggal pulang dan waktu itu
beliau jalan kaki sampai rumah dengan jarak 1,5 Kilo.dan juga pengalaman yang
sangat menyadihkan adalah ketika beliau gagal Tes SBMPTN dan SNMPTN dalam kurun
waktu 2 tahun.
Pada
waktu masih sekolah SMP pengalaman yang paling menarik menurut beliau adalah
mempunyai Guru B.Inggris.dan Guru B.Inggris itu sekaligus Wali kelasnya.Hal
yang paling di suka dari guru itu karena sikapnya yang Friendly terhadap
muridnya.Guru itu bernama Pak Yuli Trisnawan. kata yang tidak bisa dilupakan
dari Pak Yuli Trisnawan yang menurut Puput Pujani itu sangat berkesan adalah,
“
Bercita-citalah Setinggi mungkin. kalo tidak mencapai puncak setingg-tinggnya,itu
setidaknya kamu berada diatas orang yang cita-citanya pendek.ibarat Tower
dengan pohon papaya.Kalo kamu memanjat Tower dan memanjat pepaya kamu lebih
mudah mencapai pucuk yang memanjat pohon pepaya, dan kalo kamu memanjat Tower
tetapi kamu tidak bisa mencapai Puncaknya setidaknya kamu berada di
tengah-tengah Tower yang Ketinggiannya di atas pohon pepaya”.
Dalam pekerjaan
mengelola Laboratorum Komputer,hal yang sangat dinginkan dari hati
beliau untuk Fasilitas Laboratorium adalah ingin dipasang Komputer yang
spesifikasinya tinggi, dan Lab. TKJ dbagi menjadi 2 bagian yaitu Untuk praktek
Software sendiri dan Untuk Hardware
Sendiri (Perakitan).
Dalam
Hidupnya Pasti Punya Prinsip
dan Tujuan Hdup,Tujuan hidup beliau adalah membahagiakan Orang
tua,bermanfaat untuk semua orang tetapi tidak untuk dimanfaatkan,dan Beribadah
kepada Allah Swt.Prinsip Beliau adalah “No Pain No Again” yang maksudnya
“Tak ada Keberhasilan Tanpa Usaha”
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar